Wednesday, September 29, 2010

materi ners....


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN

A.    Definisi
Merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi yang utama. Ada tiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal sebagai PPOM tersebut yaitu brinkhitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkhiale.
American Thoracic Society, 1962, menyatakan perbedaan dasar dari definisi ketiga penyakit tersebut diatas : bronkhitis kronis didefinisikan oleh gejala klinisnya, emfisema paru-paru didefinisikan oleh patologi anatominya sedangkan asma didefinisikan oleh patofisiologi klinisnya sebgai berikut :
1.      Bronkhitis kronik merupakan gangguan klinik yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan (sputum dapat mukoid atau mukopurulen) dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya selama dua tahun berturut-turut.
2.      Emfisema paru-paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru-paru yang ditandai dengan pembersaran alveolus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar.
3.      Asma merupakan suatu penyakit yang didirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang trankeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan, keadaann ini bermasnifestasi sebagai penyembuhan saluran-saluran pernapasan secara periodik dan reversibel akibat bronkhospasme.

B.     Etiologi
  1. Asma
a.       Asma ekstrinsik atau alergik
Disebabkan oleh alergen yang diketahui biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, kain pembalut, atau alergi terhadap makanan seoerti susu atau coklat meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, riwayat keluarga dengan penyakit atopik termasuk demam jerami, ekzema, dermatitis, dan asma sendiri.
b.      Asma instrinsik atau idiopatik
Sering tidak dijumpai faktor pencetus yang jelas, faktor non spesifik biasanya berupa flu biasa, latihan fisik, atau emosi yang dapat memacu serangan asma.
c.       Asma campuran
Terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan instrinsik.
  1. Bronkhitis kronis dan emfisema
Faktor etiologi yang paling utama adalah merokok dan polusi udara yang biasa terdapat didaerah industri. Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan faktor predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat katifitas silia dan fagositosis sehingga timbunan muklus meningkat sedangkan faktor  pertahanannya sendiri melemah.
Emfisema dibagi menurut pola sinus yang terserang, ada dua bentuk yang umum sehubungan dengan PPOK yaitu emfisema sentrolobular (CLE), yang secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius. Emfisema panlobular (PLE) atau panasinar, merupakan  bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata.

C.    Tanda, gejala dan patofisiologi
1.      Asma
Setelah pasien terpapar zat alergen penyebab atau faktor presipitasi maka segera timbul dipsnea, pasien merasa seperti tercekik dan harus duduk atau berdiri dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernapas. Berdasarkan pada perubahan kondisi anatomis maka akan dijumpai kesulitan dalam ekspirasi, hal ini terjadi karena percabangan trakheobronkhial melebar dan memanjang selama inspirasi tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang menyempit, mengalami edema, dan terisi mukus yang dalam keadaan normal akan berkontraksi pada tingkatan tertentu saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif dari paru-paru. Sewaktu pasien berusaha maksimal untuk mengeluarkan udara maka akan timbul mengi ekspirasi memanjang  yang merupakan ciri khasnya asma, serangan seperti ini dapat berlangsung dalam beberapa menit atau beberapa jam diikuti dengan batuk produktif yang banyak sekali dengan sputum yang berwarna keputih-putihan.
2.      Bronkhitis kronik
Temuan patologis yang utama pada bronkhitis kronis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkhus dan peningkatan sel goblet dengan infliltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkhus. Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala yang khas yaitu batuk produktif. Batuk kronis yang disertai peningkatan sekresi bronkhus akan mempengaruhi bronkhiolus yang kecil secara sedemikian rupa sehingga bronkhiolus tersebut akan rusak dan dindingnya melebar.
3.      Emfisema paru
Emfisema sentrolobular (CLE), bagian bronkhiolus respiratorius yang terserang  dinding-dindingnya mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding-dinding mengalami intergrasi. Mula-mula duktu alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. Emfisema ini lebih banyak ditemukan pada pria debandingkan dengan bronkhitis kronik dan jarang diteukan pada mereka yang tidak merokok
Emfisema panlobular (PLE), pada bagian alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata. Jika penyakit makin parah, maka semua komponen asinus sedikit demi sedikit akan menghilang hingga akhirnya akan tertinggal hanya beberapa lembar jaringan saja  yang biasanya merupakan pembuluh darah, gambaran PLE khas yaitu tersebar  merata diseluruh paru-paru, meskipun bagian basal cenderung terserang lebih parah.













 
































D.    Pemeriksaan diagnostik
1.      Pemeriksaan radiologis
2.      Pemeriksaan faal paru
3.      AGD
4.      Kimia darah
5.      Darah rutin
6.      Sputum
7.      EKG

E.     Pengobatan
  1. Asma
Bronkhodilator, desensitisasi spesifik yang lama, menghindari alergen-alergen yang sudah dikenal, kadang-kadang  dengan pemberian obat kortikosteroid
  1. Bronkhitis kronis dan emfisema paru
Terapi pada kedua kondisi tersebut diatas berupa tindakan-tindakan untuk menghilangkan obtruksi saluran nafas kecil yaitu dengan memberikan hidrasi yang memadai untuk mengencerkan sekret bronkus, ekspektoran dan bronkodilator untuk meredakan spasme otot polos, biasanya diberikan obat-obat untuk simpatomimetik seperti albuterol, terbutalin, dan xantin, pada pasien dengan sekret yang banyak maka perkusi dan postural drainase sangat membantu untuk membuang sekret yang menyumbat yang dapat menjadi faktor predisposisi untuk infeksi, pemberian obat antibiotik juga diperlukan, biasanya obat pilihannya adalah tetrasiklin, ampisillin dan penisillin. Selain hal tersebut diatas, latihan nafas juga sangat membantu yaitu pasien diajarkan untuk mengeluarkan nafas dengan perlahan dan tenang melalui bibir yang dikerutkan, latihan ini bertujuan untuk mengurangi kolaps bronkhiolus-bronkhiolus yang kecil dan mengurangti udara yang terperangkap. Program latihan fisik yang bertahap disertai pemberian oksigen kadar rendah dapat membantu kesejahteraan pasien, pemberian oksigen ini harus hati-hati pada pasien yang sudah tahap lanjut, yaitu bila ada gejala hiperkapnia dan hipoksemia karena pada keadaan demikian dapat mempercepat kegagalan pernapasan, kondisi ini karena pasien tergantung pada hipoksianya untuk mendapatkan dorongan pernapasan

F.     Diagnosa keperawatan
1.      PK : Hipoksemia
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang kental dan berlebihan
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dyspnea, kelemahan, anoreksia, mual/muntah.
4.      Kurang pengetahuan b/d miss interpretasi, keterbatasan kognitif

G.    Perencanaan

No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
PK : Hipoksemia

Perawat akan meminimalkan dan mengatasi komplikasi
1.   Pantau tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa :
a.   AGD : PH < 7,35; PCO2 46 mmHg
b.   Nadi meningkat dan tidak teratur
c.    Peningkatan frekuensi pernapasan dan penurunan diikuti nadi
d.   Perubahan fungsi mental
e.    Urine output < 30 ml/jam
f.    Kulit dingin, pucat atau sianotik
2.   Berikan O2 aliran rendah (2 lt/mnt) sesuai kebutuhan dengan nasal kanule.
3.   Ambil sampel sputum untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas.
4.   Pantau EKG terhadap disritmia sekunder terhadap perubahan AGD.
5.   Pantau tanda-tanda gagal jantung kanan; peningkatan tekanan diastolik, JVP meningkat, Edema perifer, CVP meningkat.
6.   Kelola program pengobatan; bronkodilator, kortikosteroid, simpatomimetik, adrenergik,antimikrobial, antitusif non narkotik, intermittent positive pressure breathing, nebulizer, cest fisioterapi
7.   Kelola pemeriksaan laboratorium; AGD, ALB, kultur dan sensitivitas sputum, elektrolit dan darah lengkap.
8.   Kelola pemeriksaan diagnostik lain; RO dada, bronkoskopi, bronkografi, tes fungsi paru, stress test, dsb.
AGD membantu untuk mengevaluasi  pertukaran gas dalam paru-paru. Pada PPOK ringan klien mungkin mempunyai kadar PaCO2 normal karena kemoreseptor pada MO berespon thd Peningkatan PaCO2 dengan meningkatkan ventilasi. Pada PPOK berat, klien tidak dapat mempertahankan peningkatan nilai PaCO2.

Acidosis repiratorik terjadi karena kelebihan retensi CO2. klien dengan asidosis respiratorik karena penyakit kronis pada awal meningkatnya frekuensi jantung dan pernapasan dalam upaya kompensasi penurunan oksigenasi, setelah beberapa saat klien bernapas lebih lambat dan dengan ekspirasi memanjang, pda akhirnya pusat pernapasan berhenti berespon thd kadar CO2 yang lebih tinggi sehingga dpt menimbulkan henti nafas tiba-tiba.
Kecepatan aliran O2 yang lebih tinggi akan meningkatkan retensi CO2, penggunaan kanule dapat menurunkan kecemasan/ rasa takut klien

Pemeriksaan kultur dan sensitivitas dapat menentukan apakah infeksi menyebabkan gejala
2
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang kental dan berlebihan

Setelah dilakukan TP selama 3 x 24 jam klien akan:
1.   Menunjukan batuk efektif dan meningkatkan pertukaran gas di paru-paru
2.   menyebutkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret
1.    Auskultasi bunyi nafas, catat adanya wheezing, krekles, ronchi dll.
2.    Pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
3.    Catat adanya dispneu
4.    Awasi tingkat kesadaran/ status mental
5.    Ajarkan tentang batuk efektif
6.    dan cara untuk menurunkan viskositas sekret dengan mempertahankan status hidrasi yang cukup dengan cara meningkatkan asupan cairan 2-3 lt/hari
7.    Auskultasi paru sebelum dan sesudah program latihan.
8.    Dorong klien untuk melakukan oral higiene secara adekuat dan bantu bila mengelami hambatan
Penyempitan, sekret pada jalan nafas/sal nafas akan menimbulkan bunyi yang patologis

Sumbatan jalan nafas dan ketidakseimbangan asam basa akan menimbulkan reaksi kompensasi dan dapat menimbulkan gangguan seperti gangguan kesadaran dan status mental

Hidrasi yang adekuat dapat menurunkan viskositas sekret sehingga dapat lebih mudah untuuk dikeluarkan

Pemantauan yang adekuat dapat untuk mengevaluasi kondisi dan kesiapan pasien

Oral higiene dapat meningkatkan rasa nyaman
3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dyspnea, kelemahan, anoreksia, mual/muntah.

Setelah dilakukan TP selama 4 x 24 jam klien akan :
1.    Meningkatkan asupan diet
2.    Menunjukan peningkatan BB
3.    Menunjukan perubahan upaya-upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan BB seimbang
1.    Kaji kebiasaan diet klien
2.    Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai serta makanan pantang
3.    Kaji intake saat ini dan auskultasi bunyi usus
4.    Berikan  perawatan mulut
5.    Hindari makanan yang terlalu panas dan dingin
6.    Anjurkan makan sedikit tapi sering
7.    Ijinkan membawa makanan dari rymah jika tidak kontra indikasi
8.    Berikan O2 tambahan jika diperlukan
9.    Pertimbangakan pemasangan NGT jika asupan peroral tidak adekuat/tdk masuk
10.Kolaborasi team untuk penambahan diet parenteral

Kebiasaan/asupan diet akan mempengaruhi status gizi klien
Peraweatan mulut akan meningkatkan kesegaran
Adanya peristaltik usus menunjukan kesiapan klien untuk makan
Aktifitas makan dapat mempengaruhi peningkatan kebutuhan O2 sehingga memerlukan tambahan
Pemasangan NGT merupakan alternatif untuk menjaga asupan nutrisi yang adekuat
4
Kurang pengetahuan b/d miss interpretasi, keterbatasan kognitif

Setelah dilakukan TP selama 1 x 24 jam klien akan ;
1.    Menyatakan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan perawatannya
2.    Mampu mengidentifi kasi tanda dan gejala, proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab
3.    Berpartisipasi dan kooperatif dalam program perawatan dan pengobatan
1.    Jelaskan tentang proses penyakit, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan dan pencegahan kekambuhan.
2.    Jelaskan setiap prosedur pengobatan dan perawatan
3.    Ajarkan tentang penggunaan inhaler
4.    Diskusikan tentang faktor-faktor untuk upaya peingkatan kesehatan
5.    Berikan informasi pembatasan aktifitas, aktifitas pilihan, pengganti dengan selang waktu untuk istirahat
6.    Programkan bersama klien tentang latihan dan istirahat
Pemahaman akan penyakit, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan serta perawatan akan meningkatkan minat dan kerjasama klien




































Thursday, September 16, 2010

Information exchange among physicians caring for the same patient in the community

http://www.cmaj.ca/cgi/reprint/179/10/1013

drug

calcium lactate







See related calcium lactate information

Indication
Nutritional supplement.
Dosage
PO 19-50 yr: 1,000 mg elemental Ca/day and >50 yr: 1,200 mg elemental Ca/day.
Click to view Dosage by Indications
Administration
Should be taken with food.
Contraindications
Conditions associated with hypercalcaemia and hypercalciuria.
Special Precautions
Renal impairment (frequent monitoring of serum calcium and phosphorus is recommended); sarcoidosis; history of nephrolithiasis. Avoid IV admin of calcium in patients on cardiac glycosides. Increased risk of hypercalcaemia and hypercalciuria in hypoparathyroid patients receiving high doses of vitamin D. Caution when used in patients with history of kidney stones. Patients should be advised to administer vitamin D concurrently to optimise calcium absorption. Pregnancy.
Adverse Drug Reactions
GI discomfort e.g. nausea, vomiting, constipation; bradycardia, arrhythmias. Dry mouth, increased thirst or increased urination. Mental confusion, milk-alkali syndrome.
Drug Interactions
May reduce the efficacy of calcium-channel blockers. Concurrent admin of IV calcium salt with cardiac glycosides may lead to serious adverse events. Increased risk of hypercalcaemia when used with thiazide diuretics. May reduce absorption of tetracycline, alendronate, atenolol, iron, quinolone antibiotics, sodium fluoride and zinc.
Click to view more Drug Interactions
Food Interaction
For caution against potential drug-food interactions ... click to view
Pregnancy Category (US FDA)






Category C: Either studies in animals have revealed adverse effects on the foetus (teratogenic or embryocidal or other) and there are no controlled studies in women or studies in women and animals are not available. Drugs should be given only if the potential benefit justifies the potential risk to the foetus.
Mechanism of Action
For details of the mechanism of action, pharmacology and pharmacokinetics and toxicology ... click to view
MIMS Class
Electrolytes
ATC Classification
A12AA05 - Calcium lactate; Belongs to the class of calcium-containing preparations used as dietary supplements.
Related calcium lactate information:
Drugs interacting with calcium lactate
Find calcium lactate in other countries
Search calcium lactate in Google
Search calcium lactate in PubMed       

drug

amoxicillin



See available brands of amoxicillin





See related amoxicillin information

Indication
Listed in Dosage.
Dosage
PO Susceptible infections 250-500 mg 8 hrly. Uncomplicated gonorrhoea W/ probenecid: 3 g as a single dose. Dental abscesses 3 g, repeat once 8 hr later. Uncomplicated acute UTI 3 g, repeat once 10-12 hr later. Endocarditis prophylaxis 2 or 3 g as a single dose, 1 hr before dental procedure. Severe or recurrent resp tract infections 3 g twice daily. H.pylori infection W/ either metronidazole or clarithromycin and a bismuth compound or an antisecretory drug: 500 mg 3 times/day. IV/IM Susceptible infections 500 mg 8 hrly. Listerial meningitis W/ other antibiotics: 2 g 4 hrly for 10-14 days.
Click to view Dosage by Indications
Administration
May be taken with or without food. (May be taken w/ meals for better absorption & to reduce GI discomfort.)
Contraindications
Hypersensitivity.
Special Precautions
Renal and hepatic disease; pregnancy, lactation; infectious mononucleosis.
Adverse Drug Reactions
Hyperactivity, agitation, insomnia, dizziness; maculopapular rash, exfoliative dermatitis, urticaria, hypersensitivity vasculitis; diarrhoea, nausea, vomiting; anaemia, thrombocytopenia, leucopenia, agranulocytosis.
Potentially Fatal: Neuromuscular hypersensitivity; pseudomembranous colitis.
Drug Interactions
Increased levels with disulfiram and probenecid. Decreased effects with tetracyclines and chloramphenicol.
Potentially Fatal: Increase effects of oral anticoagulants.
Click to view more Drug Interactions
Pregnancy Category (US FDA)






Category B: Either animal-reproduction studies have not demonstrated a foetal risk but there are no controlled studies in pregnant women or animal-reproduction studies have shown an adverse effect (other than a decrease in fertility) that was not confirmed in controlled studies in women in the 1st trimester (and there is no evidence of a risk in later trimesters).
Storage
For special storage condition to ensure optimal shelf-life of medicine... click to view
Mechanism of Action
For details of the mechanism of action, pharmacology and pharmacokinetics and toxicology ... click to view
MIMS Class
Penicillins
ATC Classification
J01CA04 - Amoxicillin; Belongs to the class of penicillins with extended spectrum. Used in the treatment of systemic infections.
Related amoxicillin information:
Drugs interacting with amoxicillin
amoxicillin Patient Med Info
Find amoxicillin in other countries
Search amoxicillin in Google
Search amoxicillin in PubMed

paracetamol

Anadex® [drag]

Interbat
MIMS Class : Cough & Cold Preparations


See related Anadex drag information

Contents
Per drag Paracetamol 500 mg, dextromethorphan HBr 15 mg, chlorpheniramine maleate 1 mg, phenylpropanolamine HCl 15 mg. Per 5 mL syr Paracetamol 120 mg, dextromethorphan HBr 3.5 mg, chlorpheniramine maleate 0.5 mg, phenylpropanolamine HCl 3.5 mg
Indications
Flu, common cold, cough, fever & pain.
Dosage
Adult 1 drag or 2 tsp. Childn 6-12 yr 2 tsp. To be taken 3-4 times daily.
Administration
May be taken with or without food
Contraindications
Hyperthyroidism, HTN, coronary disease; MAOI; nephropathy.
Special Precautions
Cardiac disease, diabetes; glaucoma; impaired kidney or liver function; pregnancy. May impair ability to drive or operate machinery. Childn <2 yr.
Adverse Drug Reactions
Drowsiness, dizziness, dry mouth; epileptiform seizures (large doses); skin rashes.
View ADR Monitoring Form
Drug Interactions
Antihistamines may potentiate other CNS depressants. Actions prolonged by MAOI. Prolonged use of paracetamol may potentiate oral anticoagulants.
View more drug interactions with Anadex
MIMS Class
Cough & Cold Preparations
ATC Classification
N02BE51 - Paracetamol, combinations excl. psycholeptics ; Belongs to the class of anilide preparations. Used to relieve pain and fever.
Drug Classification
W
Presentation/Packing
FormPacking/PricePhoto
Anadex drag
Anadex 25 x 4's (Rp60000)
Anadex syrup
Anadex 60 mL (Rp7750)
Manufacturer:Interbat