S I F I L I S
1. Definisi
Sifilis adalah penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual, menahun dengan adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama system kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis congenital (Djuanda, 1994).
Gejala penyakit sifilis dapat hilang sendiri tanpa diobati, namun tidak berarti penyakit telah sembuh, karena sifilis tetap berlanjut (www. Nggone Risa). Penyakit ini banyak ditemukan pada homoseksual pria dan biseksual. Dan biasanya diperoleh dari hubungan seks tanpa kondom atau melalui oral seks (www. Nggone Bu Fuji).
2. Etiologi
Penyebab sifilis adalah bakteri berupa Treponema pallidum termasuk ordo Spirochaetaeas, famili Treponematoceae. Panjangnya 5-15 mikron, lebarnya 0,25 mikron, mempunyai gelombang 6-14, berbentuk spiral, dan bergerak aktif memutar. Multiplikasinya transversal atau longitudinal.
3. Patogenesis
Penularan terjadi setelah kontak langsung dengan treponema. Treponema dapat masuk (porte d’entrée) ke tubuh calon penderita melalui selaput lender yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksinya bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. Sepuluh sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk T. pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian sembuh sendiri. Tes Serologi Sifilis (TSS) yang klasik umumnya masih negative pada saat lesi primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu kemudian.
Kurang lebih 2-6 minggu terdapat kelainan kulit dan selaput lender yang kemudian menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Penyembuhan sendiri biasanya terjadi dalam 2-6 minggu. Pada fase latent TSS (Tes Serologi Sifilis) akan positif. Umumnya ¼ kasus akan mengalami paling sedikit saru kali eksaserbasi. Penderita yang tidak diberi pengobatan diperkirakan 1/3nya akan mengalami sifilis lanjut.
4. Tanda Gejala
Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka lecet/koreng/borok yang tidak terasa sakit dan bersih/tidak bernanah atau disebut “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain. Jika tidak diobati akan berkembang ke fase berikutnya yang disertai bercak atau bintik merah pada hamper seluruh tubuh, kadang bersisik tanpa rasa gatal, ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok, dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh. Adapun fase-fase sifilis dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Stadium primer (primary syphilis)
Gejala utama yang ditimbulkan adalah adanya luka pada daerah alat kelamin
Gejala ini muncul biasanya 10-90 hari setelah hubungan seksual
Luka yang muncul biasanya terlalu nyeri dan muncul dalam ukuran yang berbeda-beda dalam setiap kasus
Jika tidak diobati, luka biasanya sembuh sendiri setelah 2-6 minggu
b. Stadium sekunder (secondary syphilis)
Gejala mulai muncul kira-kira setelah 7-10 hari setelah hubungan seksual
Luka yang muncul selain pada alat kelamin juga ditemukan pada tangan, kaki, dan muka
Selain luka, penderita juga mengalami demam, perasaan lelah dan pembengkakan alat kelamin
Gejala ini umumnya cukup ringan dan bersifat sementara saja, tetapi kasus yang ditemukan umumnya pada stadium ini
c. Stadium latent (latent syphilis)
Pada penderita dalam stadium ini, umumnya tidak ditemukan gejala fisik sama sekali
Jika orang terinfeksi sifilis pada stadium ini, maka ia akan membawa penyakit ini seumur hidupnya
d. Stadium akhir (late syphilis)
Pada stadium ini, sifilis sudah menyerang organ-organ dalam tubuh manusia seperti jantung, otak,/susunan saraf pusat dan sumsum tulang belakang
Terdapat borok yang merusak sampai ke tulang
Terjadi kelumpuhan dan kemunduran daya pikir
Gejala yang timbul tergantung dari organ mana yang telah dirusaknya
5. Sifilis lanjut
a. Sifilis pada kehamilan
Infeksi janin dapat terjadi pada saat 10 minggu masa kehamilan. Setiap infeksi sebelum 20 minggu kehamilan, tidak akan merangsang mekanisme imunitas, sebab system imun bayi yang dikandung belum berkembang dan tidak tampak kelainan histologis reaksi bayi terhadap infeksi.
Infeksi pada janin lebih banyak terjadi bila ibu berada pada tingkat dini, sebab pada saat ini banyak organisme beredar dalam darah. Pada tahun pertama setelah infeksi yang tidak diobati, terdapat kemungkinan sampai 90%, infeksi akan ditularkan kepada bayi yang dikandung. Janin dapat meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi sekitar 25% dari kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi. Kemungkinan bayi memperoleh infeksi menurun dengan cepat, setelah tahun ke-2 dan menjadi jarang setelah tahun ke-4. pada umumnya, makin lama seorang ibu terkena infeksi, maka makin sedikit kemungkinannya menginfeksi janinnya.
b. Sifilis kardiovaskuler
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut kea rah katup. Tandanya adalah insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah dikenal. Secara teliti harus diperiksa kemungkinan adanya hipertensi, arteriosclerosis, penyakit jantung reumatik sebelumnya. Aneurisma aorta torakales merupakan tanda sifilis kardiovaskuler. Bila ada insufisiensi aorta tanpa kelainan katup pada seseorang yang setengah umur disertai pemeriksaan serologis darah reaktif, pada tahap pertama harus diduga sifilis kardiovaskuler, sampai dapat dibuktikan lebih lanjut. Pemeriksaan serologis biasanya reaktif.
c. Sifilis benigna lanjut
Jarang menyebabkan kematian, kecuali bila menyerang jaringan otak. Lesi yang penting adalah gumma. Gumma mungkin terjadi sebagai akibat reaksi hipersensitivitas infeksi treponema. Lokasi paling sering ialah kulit, tulang, hati, meskipun hamper semua organ dapat diserang. Lesi pada kulit biasanya tunggal atau multiple, membentuk lingkaran atau setengah lingkaran, destruktif, dan bersifat kronis. Terjadi penyembuhan di bagian sentral dan meluas ke perifer. Lesi tulang biasanya berupa periostitis disertai pembentukan tulang atau osteitis gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas adalah pembengkakan dan rasa sakit. Lokasi terutama pada tulang kepala, tibia dan klavikula. Pemeriksaan serologis biasanya reaktif dengan titer tinggi.
d. Neurosifilis
Pada perjalanan neurosifilis dapat tanpa gejala atau asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neorosifilis terjadi perubahan berupa endarteritis pada ujung pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala pada saat pemeriksaan. Neurosifilis dibagi 3 menurut tipe dan tingkat kerusakan susunan saraf pusat, yaitu :
N. asimptomatik
Tanpa gejala kerusakan SSP. Pemeriksaam serologis reaktif, pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, dan protein.
N. meningovaskuler
Ada tanda gejala kerusakan SSP, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark, dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda focus neurologist sesuai ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, dan protein total, pemeriksaan serologis reaktif.
N. parenkimatosa
Tanda gejala menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa. Perubahan sifat dari ringan hingga psikotik dapat terjadi, serta tanda-tanda neurologist. Tanda gejala akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandung kemih, impotensi dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hamper semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif.
6. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium seharusnya dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sedikit-dikitnya 3 kali (3 hari secara berturut-turut). Pada sifilis stadium sekunder selalu dapat dibuktikan adanya T. pallidum. Cara lain adalah dengan preparat Burri, kerugian cara ini adalah karena treponema telah mati. Diperiksa pula TSS (Tes Serologi untuk Sifilis) yang klasik dan spesifik.
Pada pemeriksaan histopatologi, pada sifilis dini, limfosit dan sel plasma terdapat di perivaskular dan pada dinding pembuluh darah. Pada sifilis lanjut infiltrasi limfosit dan sel plasma mengakibatkan arteritis dan nekrosis yang sangat destruktif.
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan resiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
b. Pengobatan
Hingga saat ini obat pilihan utama untuk sifilis adalah penicillin. Jika alergi terhadap penicillin, dapat diberikan antibiotika lain kecuali aminoglikosida (streptomycin dan gentamycin), sebab tidak efektif untuk T. pallidum. Sefalosporin, termasuk cefaloridine, tetrasiklin, eritromycin, spiramycin, dan kloramfenikoldapat digunakan. Hanya dari sediaan di atas tidak satupun yang telah dievaluasi pada manusia. Ternyata beberapa dari antibiotic tersebut kurang efektif disbanding penicillin, perlu pengawasan penderita yang lebih ketat dan pemberian dalam waktu yang lama. Dari segi efek samping, tetrasyklin hidroklorida atau eritromycin yang lebih disukai. Pemberian penicillin oral tidak dianjurkan, sebab konsentrasi dalam serum rendah akibat absorbsi yang kurang baik. Pengobatan tidak hanya membunuh trepanoma dalam darah, tapi juga dalam jaringan terutama limfe dan SSP.
Sifilis primer
- Penicillin G benzatin 4,8 juta unit per i.m (2,4 juta) 1x seminggu
- Penicillin G prokain dalam aqua 6 juta unit, diberikan 0,6 jt unit/hari selama 10 hari
- P.A.M. (penicillin prokain + 2% alumunium strerat) 4,8 jt unit, diberikan 1,2 jt unit 2x seminggu
Sifilis sekunder
Sama seperti pengobatan sifilis primer
Sifilis laten
- Penicillin benzatin dosis total 7,2 jt unit
- Penicillin G prokain dalam aqua, 12 jt unit (0,6 jt unit/hari)
- P.A.M. 7,2 jt unit (1,2 jt unit 2x seminggu)
Sifilis akhir
- Penicillin benzatin dosis total 9,6 jt unit
- Penicillin G prokain dalam aqua, 18 jt unit (0,6 jt unit/hari)
- P.A.M. 9,6 jt unit (1,2 jt unit 2x seminggu)
c. Pemantauan serologic
Pemantauan serologic dilakukan pada bulan I, III, VI, dan XII dan setiap 6 bulan pada tahun ke-2. Masuknya T. pallidum ke dalam badan akan dijawab dengan pembentukan antibody. Ada tidaknya antibody ini dibuktikan dengan hasil TSS (Tes Serologi untuk Sifilis). Sensitif bila hasilnya positif pada penderita sifilis, dan spesifik bila hasilnya negative pada penderita yang bukan sifilis.
No comments:
Post a Comment